Kamis, 08 Oktober 2009

Communication Theory

DEVELOPMENT SOCIAL THEORY

Aku mempunyai seorang sahabat perempuan bernama Dina .Dina lahir seminggu setelah Aku lahir, Orang tuaku dan dina bersahabat sejak duduk dibangku SMA, setelah mendapat pekerjaan ditempat yang berbeda Ayahku berpisah dengan Ayah Dina, mereka bertemu kembali setelah 15 tahun berpisah, mereka memutuskan untuk tinggal di Lampung untuk membangun usaha bersama dan hidup bertetangga. Dina adalah sahabat pertamaku karena umurnya sama denganku dan kita berdua lahir di rumah sakit yang sama. karena Ibu kami bersahabat, dari kami masih bayi kita sering main bersama. Dina dan aku sama-sama memiliki kakak laki-laki 3 tahun lebih tua. Setelah kami berumur 4 tahun , Aku dan Dina mulai memasuki playgroup disana kita mulai mengenal teman-teman lain. sifat Dina dan Aku sangat berbeda, Dina adalah anak perempuan yang feminis sedangkan aku tomboy, dari kecil Dina lebih suka bermain boneka sedangkan aku lebih suka bermain bola meskipun begitu perbedaan tersebut sama sekali tidak berpengaruh pada persahabatan kami, bahkan kami sangat rukun dan tidak pernah bertengkar.

setelah umur kami 6 tahun kami masuk sekolah dasar yang sama, karena aku dan dina sama-sama suka menyanyi dan menari kita kursus menyanyi bersama, dina adalah anak yang rajin dan pintar bermain piano . fisik dina sangat lemah dia sering pingsan dan pusing jika terlalu lama berdiri dibawah sinar matahari. Persahabatanku dan dina semakin akrab, karena fisik dina yang begitu lemah Aku sering menemani dia berobat ke rumah sakit, Seluruh keluarga Dina dan keluargaku terkejut saat dokter mengataka kalau dina menderita penyakit Lupus.penyakit lupus adalah penyakit yang muncul karena sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh bereaksi berlebihan, yang justru mengganggu kesehatan tubuh. Seluruh keluarga dina amat terpukul,apalagi penyakit ini belum ditemukan obatnya. akhirnya penyakit yang diderita dina membuat ia malu dan kehilangan semangat hidup. Dina terus menangis dan mengurung diri dikamar. Saat itu aku berpikir mengapa Tuhan sejahat ini memberikan cobaan yang berat pada anak sebaik Dina, Aku tidak pernah putus-putusnya berdoa untuk Dina, Aku sering datang ke rumah dina untuk memberi semangat dan nasihat supaya dina mau kembali bersekolah lagi .

Tidak terasa kami sudah memasuki SMP, Aku dan Dina memilih untuk sekolah di Bandung. Kami tinggal di rumah yang sama dekat dengan sekolah. Karena semangat dari keluarga,sahabat dan teman-teman lainya Dina berusaha sekuat tenaga untuk melawan penyakit yang bersarang dalam tubuhnya. Dina adalah anak yang pintar meskipun jarang masuk sekolah karena harus check-up ke rumah sakit, dina tidak pernah mendapat nilai jelek. Kadang pelajaran yang tidak aku mengerti aku bertanya pada dina terutama pelajaran matematika dan fisika, kami sering berbagi cerita satu sama lain karena kami ada di kelas yang berbeda jadi kami punya cerita sendiri-sendiri. Semua teman di sekolahku menerima dan simpati dengan keadaan dina. Mereka sering menemani mengobrol dan bermain bersama. Dokter mengatakan bahwa penyakit Lupus yang diderita Dina sudah dalam kondisi berat maka dalam setiap harinya dina harus mengkonsumsi 10 obat atau diberi suntikan kortikosteroid dosis tinggi, Aku benar-benar tidak tega sekaligus salut akan perjuangan Dina menahan sakit pada jarum suntik yang setiap hari ia tusukan di tanganya. Support dari orang tua dan sahabatnya membuat ia lebih kuat dalam menghadapi penyakit.

Sekarang kami sudah menjadi siswi SMA dari sekolah St.Angela, kami sangat senang memakai baju seragam yang sudah diidam-idamkan sejak dulu. Kami mulai memikirkan cita-cita bersama. Dari dulu Aku ingin menjadi seorang Public Relation sedangkan Dina ingin menjadi seorang dokter yang handal agar bisa menemukan obat dari penyakit yang dideritanya. Dina memang pantas menjadi seorang dokter karena nilai-nilai IPA-nya selalu mendapatkan nilai yang baik. Kami memilih jurusan yang berbeda, Dina memilih jurusan IPA sedangkan aku IPS. Dina adalah anak yang dewasa, jika Aku sering kesal kepada Orangtuaku atau Teman-temanku Dina sering memberi masukan atau nasihat. Dina sudah seperti soulmate-ku jika dia harus pergi sebulan untuk berobat keluar negri aku merasa sangat kesepian karena . Setelah kami melewati masa SMA , kami berdua lulus ujian dengan nilai yang baik, Aku memilih untuk meneruskan kuliah di Jakarta, sedangkan Dina belum memikirkan untuk kuliah. kali ini Aku benar-benar berpisah dengan sahabat kesayanganku, Dina dan keluarganya memutuskan pindah ke Beijing untuk melakukan terapi pengobatan , awalnya Aku sangat sedih dan menangis seharian karena tidak akan pernah bertemu Dina lagi aku sangat takut dan belum siap untuk kehilangan dia. Setelah aku kuliah , aku sering berkomunikasi dengan Dina via email atau facebook Tetapi, semenjak bulan Februari lalu Dina dalam keadaan koma sehingga tidak dapat membalas emailku lagi. Aku selalu berdoa supaya sahabatku bisa sembuh dan dapat berkumpul lagi denganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar