Kamis, 08 Oktober 2009

LOGIC AND PHILOSOPHY SCIENCE

I. PENDAHULUAN

Ilmu sosial mengetengahkan tentang penafsiran, konfirmasi, penjelasan dan reduksi yang muncul dalam teori sosial. Bagian awal filosofi ilmu sosial ini menguji atau membahas tentang berbagai aspek dan isu yang muncul dalam ilmu sosial. Tujuan saya memilih tema ilmu sosial adalah karena saya ingin menambah wawasan tentang ilmu sosial serta menguak tentang ilmu-ilmu sosial yang selama ini menjadi kontradiksi dan arena kritik bagi para pengamat ilmu pengetahuan.

II. ISI

Ilmu pengetahuan adalah proses memperoleh informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Ilmu Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Ilmu dapat digolongkan menurut cara berikut ini ;

Kali ini saya akan membahas tentang ilmu sosial

Ilmu sosial adalah penerapan metode ilmiah untuk mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Selama bertahun-tahun lamanya Ilmu sosial telah menjadi arena bagi sejumlah kritik, dimana kritik tersebut menyatakan bahwa “Ilmu-ilmu sosial adalah tidak mungkin” sampai kepada rasa ngeri terhadap kegiatan-kegiatan Ilmu-ilmu sosial karena “terlalu banyak pengetahuan social akan membahayakan kebebasan manusia”. kadang orang menganggap bahwa kegagalan ahli-ahli ilmu sosial dalam menerapkan dalam menerapkan hokum non-probabilistik adalah disebabkan oleh rumitnya gejala yang harus dihadapi. Dibandingkan dengan ilmu alam, ilmu sosial relatif lebih rentan. Dalam ilmu sosial, ada teori yang bersifat menjelaskan atau memprediksi secara mapan, seperti halnya teori relativitas atau mekanika kuantum dalam ilmu fisika, atau sintesis neo‑Darwinian dalam biologi. Kerentanan tersebut mencerminkan metodologi nilai sosial yang belum mapan, meskipun para sosiolog sudah mencoba mengeliminir kekeliruan metodologinya. Para sosiolog semakin peka terhadap penemuan‑penemuan sosial ke arah penyimpangan ideologi dan kompleksitas masyarakat. Mereka mengakui bahwa penjelasan secara sistematis terhadap gejala sosial kadang‑kadang menyesatkan diri.Diakui pula bahwa diskusi dan pembahasan tentang isu‑isu sosial memang dirasa masih kurang. Ada baiknya untuk meninggalkan thesis tersebut sebelum mempelajari tuduhan yang serupa yang hanya menempatkan Ilmu-ilmu sosial dalam suatu kedudukan yang tidak menyenangkan. Ilmu sosial mempunyai kedudukan yang sama dengan ilmu-ilmu yang lainya, hanya saja perbedaanya ditinjau dari segi deskripsi, keunikan obyek, abstraksi, pemutarbalikan penelaahan keilmuan dan ketidakmampuan untuk menangkap kenyataan semua didasarkan pada anggapan tentang hakekat ilmu. Ilmu sosial adalah unik, maka penelaah-penelaah sosial tertarik kepada keunikan tiap-tiap kejadian sosial. Setiap ilmu adalah berbeda tidak ada bentuk yang identik, karena jika suatu ilmu itu identik maka ilmu tersebut tidak dapat berjumlah lebih dari satu. Kaum Emergentis sering berpendapat lebih moderat, di mana menurut mereka terdapat gejala sosial dan juga beberapa aspek fisik dan biologi namun, tidak seluruhnya yang tidak dapat diteliti secara keilmuan, sejauh penelitian tersebut menyangkut hukum sebab-akibat. Dalam menentukan strategi pengembangan ilmu sosial terdapat tiga pendapat :

Pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu sosial berkembang dalam otonomi dan tertutup, dalam arti pengaruh konteks dibatasi atau bahkan disingkirkan, “Science for the sake of science only” merupakan semboyan yang didengungkan.

Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu sosial dalam konteks, tidak ­hanya memberikan refleksi, bahkan juga memberikan justifikasi. Dengan ini ilmu sosial, cenderung memasuki kawasan untuk menjadikan dirinya sebagai ideologi.

Ketiga, pendapat yang menya­tukan bahwa ilmu sosial dan konteks saling meresapi dan saling mem­pengaruhi untuk menjaga agar dirinya beserta temuan‑temu­annya tidak terjebak dalam kemiskinan relevansi dan aktualitas­nya. Science for the sake human progres adalah pendiriannya.

Verstehen

Verstehen adalah metode dalam memperoleh pengetahuan yang secara harafiah berarti “pengertian” suatu kontras dengan apa yang disebut Wissen yang berarti “mengetahui” dalam hal ini dianggap bahwa tujuan ilmu-ilmu sosial bukan mengetahui tetapi harus dimengerti akan suatu kejadian sosial. Verstehen merupakan metode yang dapat diandalkan dalam proses pengesahan hipotesis gejala sosial.

Pendapat para ahli tentang Ilmu sosial :

Max Weber, seorang ahli sosiologi dari Jerman pernah menulis tentang metode dalam ilmu sosial. Tulisannya banyak mengupas hasil diskusi yang panjang tentang peran aspek‑aspek non‑ilmiah dan nilai‑nilai ilmu sosial, serta membantah pertanyaan tentang bagaimana fakta ilmu sosial harus dievaluasi. Dalam pandangan Weber, nilai‑nilai sosial merupakan bagian penting dari ilmu sosial. la juga mendukung pentingnya aspek politik dalam ilmu sosial. Menurut Weber, ilmu sosial tidak mungkin lepas dari nilai (value‑freedom).

Sementara itu, dalam Historical Explanation in the Social Sciences, John Watkins menjelaskan bahwa prinsip‑prinsip metodologi sangat berpengaruh terhadap penelitian‑penelitian ilmiah dalam ilmu sosial Namun, menurutnya prinsip‑prinsip itu ternyata belum cukup menjamin keberhasilan pengembangan ilmu sosial secara, ilmiah. Dalam hal ini, diperlukan juga aturan‑aturan formal dari suatu lembaga, terutama berkaitan dengan kebutuhan materi untuk mengembangkan ilmu sosial. la juga mengemukakan tentang prinsip metodhological individualism. Prinsip ini menjelaskan bahwa diperlukan bukti‑bukti mendasar untuk menjelaskan tentang gejala‑gejala sosial (seperti inflasi atau tiadanya pengangguran) sehingga diperoleh suatu kesimpulan dari hubungan antar individu. Watkins juga berpendapat bahwa manusia merupakan satu‑satunya agen dalam sejarah dan tidak ada faktor lain yang melebihi manusia biasa di dalam sejarah.

Ilmu pengetahuan sosial lebih rentan dari ilmu pengetahuan alam.ilmu sosial memiliki objek penelaahan kompleks , kesukaran dalam pengamatan, objek penelaahan yang tak terulang dan adanya kedekatan antara ilmuwan dengan objek penelaahan sosial .Ilmu Sosial menjadi penting karena telah mencatat isu filosofis yang mempunyai urgensi besar bagi berbagai praktisi ilmu sosial. sebenarnya ilmu sosial sama pastinya dengan ilmu alam. Karena kedua ilmu tersebut masing-masing tetap memakai prinsip sebab-akibat.

II. OPINI KITA TENTANG ILMU SOSIAL

Ilmu sosial berhubungan dengan relasi antar manusia, jika banyak orang mengkritik tentang ilmu alam menurut saya itu salah, ilmu alam dan sosial sebenarnya sama-sama ilmu pasti. orang mengatakan bahwa ilmu alam sifatnya mutlak, contohnya 2 x 2 = 4, sedangkan ilmu sosial sifatnya relatif, misalnya 2 x 2 bukannya 4 tetapi bisa jadi 5. ilmu sosial juga bisa memodelkan secara mekanis dengan matematika, hanya saja saat ini pendekatan matematis terhadap ilmu sosial akan menjadi terlalu kompleks. sehingga sulit untuk menyelesaikan permasalahan sosial secara matematis tetapi ilmu sosial tidak memakai angka atau cara yang sistematis melainkan menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu. Ilmu sosial tidak bisa dipatahkan atau disela, ilmu sosial dalam mendeskripsikan seusatu menggunakan knowledge ( pengetahuan) dan perasaan. Ilmu sosial mengamati manusia, tetapi manusia tidak bisa diobyekan . Sang pengamat bisa tidak sungguh "obyektif" disini karena sang pengamat mempunyai kepentingan/ideologi/praduga. Misalnya saja seorang peneliti sosial dari eropa akan menulis kriteria tentang feminisme dari seorang wanita asia, lalu peneliti dari asia sendiri meneliti hal yang sama kepada seorang wanita eropa , jika data tersebut dibandingkan maka hasilnya tidak akan sama. Ini membuktikan setiap manusia yang berbeda terdapat paling tidak satu sifat yang dipunyai yang satu namun tidak dipunyai yang lainya. Jadi, ilmu sosial merupakan suatu realita yang dapat dibuktikan kebenaranya.

1 komentar: